I'm Asep Rudi Casmana: Ku Tarik Anak Panah-ku di Kampung Inggris

WILUJEUNG SUMPING DINA SERATAN KANG ASEP


Sabtu, 12 Maret 2016

Ku Tarik Anak Panah-ku di Kampung Inggris

Oleh Asep Rudi Casmana
Episode 3
Jalan terjal menuju beasiswa LPDP

“Sep, ibarat sebuah panah, saat ini lo sedang menarik jauh-jauh ke belakang anak panah lo. Pada saat waktu yang tepat, hal itu akan melesat jauh ke depan dan menancap di sebuah tempat yang sesuai dengan cita-cita lo…..”
Jafar Shodiq, S.Pd. Guru PKn SMP Islam Al-Azhar Karawang

Sebuah kalimat yang diberikan oleh sahabat saya, ketika membawa murid-muridnya ke pare, dia memberikan nasehat seperti itu yang hingga saat ini selalu saya ingat. Disaat semangat saya turun dan hampir putus asa, pada akhirnya Allah selalu memberikan seseorang yang secara tidak sengaja terus meningkatkan semangat dan motivasi untuk berjuang. Berikut ini saya akan ingin bercerita susah senang selama kurang lebih 14 bulan di pare.
…………………………….
Kampung Inggris
Saya sangat ingat betul bahwa pada saat itu, waktu menunjukan pukul 01.30 WIB dimana yang biasanya orang-orang sudah tertidur dengan lelap dan menikmati mimpi-mimpi indahnya dalam kegelapan malam. Hal itu sangat berbeda dengan saya, otak ini harus terus bekerja untuk menghafal academic advance vocabularies atau bahkan menulis artikel dengan bahasa inggris akademik. Setiap hari di tempat saya belajar, saya harus menghafal kosa kata kurang lebih tiga puluh, yang apabila tidak sampai segitu, terkadang kami tidak diperbolehkan masuk ke dalam kelas. Untungnya saya memiliki seorang kawan seperjalanan yang selau berjuang bersama untuk menghafal kosa kata tersebut atau bahkan mengingatkan apa saja tugas yang harus di kupulkan ke guru di kelas pada hari esok. Setelah hafal semua kosa kata itu, esok harinya kami harus masuk kelas tepat pada pukul 06.00 WIB tanpa telat satu menit pun. Pernah suatu hari, saya dan kawan saya itu telat bangun pagi, tanpa mandi, kami langsung bergeas lari-lari ke kelas. Entah roh ini sudah berkumpul atau belum, atau sudah sadar atau belum. Setelah keringat bercucuran dan membasahi hampir semua kaos saya serta nafas dan jantung yang terus berdetak kencang, waktu menunjukan pukul 06.10 menit ketika kami sampai di pintu kelas. Sesuai dengan peraturan, kami berdua tidak diperbolehkan masuk oleh turor.

Rasanya sangat sedih. Jika saya tertinggal satu pertemuan saja, maka saya akan tertinggal materi karena belajar IELTS khususnya writing itu sama seperti matematika. Ketika tertinggal sekali, kami akan kehilangan dan ketinggalan arah. Saya juga teringat pengorbanan tadi malam yang dengan susah payah menghafalkan vocabularies sebanyak 30 kata yang level-nya khusus untuk kosakata akademik. Namun, peraturan ya tetap peraturan, akhirnya kami mendapat hukuman untuk tidak dapat masuk ke kelas selama satu hari. Kehidupan seperti itulah yang tengah mewarnai hari-hari saya selama di pare, kampung inggris.
………………………………………………

Jadi selama satu tahun di pare, saya mengambil beberapa tempat kursus yang dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas saya untuk dapat melanjutkan studi ke Australia. Namun disini saya akan menceritakan satu tempat kursus yang paling lama saya belajar dan memberikan dampak yang sangat besar terhadap kesuksesan dalam mempelajari IELTS.

Saya memutuskan untuk belajar di English Studio, karena tempat ini adalah yang benar-benar memfokuskan untuk mempelajari IELTS. Disini saya dipertemukan tengan orang-orang yang sangat hebat, karena mayoritas peserta didik yang belajar disini adalah yang memiliki tujuan belajar IELTS dan lanjut studi ke Luar Negeri. Sehingga lingkungannya sangat mendukung.
Kawan seperjalanan yang bertahan
Jumlah pelajar disini tidak banyak, mereka membatasi tidak lebih dari sepuluh orang di setiap kelasnya. Namun biasanya baru seminggu atau dua minggu belajar, mereka banyak yang menghilang, atau kami katakan mereka terjangkit penyakit MUNTABER (mundur tanpa berita) karena tidak cocok dengan budaya akademik disini. Di kelas saya pun yang bertahan hingga bulan ketiga hanya tinggal tiga orang saja. Saya sendiri, dan dua orang sahabat saya dari Sumatera yang sangat hebat.

Memang yang tadi diatas hanya sepenggal kisah dari perjalanan saya belajar IELTS di English Studio ini, kami dituntut untuk belajar dan datang tepat waktu mulai dari pukul 06.00 pagi hingga pukul 21.00 malam, terkadang kalau tugas belum selesai kami belajar hingga pukul 10.00 atau bahkan menginap di kelas. Kami juga tidak mengenal tanggal merah ataupun weekend sabtu minggu, setiap hari adalah kelas di English Studio (ES). Namun perbedaannya kalau weekend biasanya tidak ada kelas malam. Itulah sebabnya banyak orang yang hilang tanpa kabar meskipun baru dua minggu.

Aktivitas pertama kami dimulai pada pukul 06.00 – 11.00, pada kelas pagi ini biasnya kami belajar listening dan reading yang dibagi menjadi dua sesi. Namun sebelum itu, totor kami selalu menagih hafalan kosa kata yang banyaknya sekitar 30 setiap harinya. Jika kami tidak hafal, maka biasanya diberikan sanksi atau tidak boleh masuk kelas. Dalam kelas listening ini, tutor kami memberikan materi dan membahas soal-soal yang ada di Cambridge IELTS, atau biasanya diberikan video TED untuk dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas bahasa inggris. Sedangkan pada sesi reading, kami juga selalu dilatih untuk membaca dan mengerjakan soal-soalnya. Mengenai detail bagaimana proses peningkatkan skill listening dan reading, nanti saya akan bahas dalam artikel khusus di episode berikutnya.

Setelah kami istirahat selama dua jam, biasanya kami disuruh tidur oleh tutor, dilanjutkan lagi kelas pada pukul 13.00 – 17.00. Kelas sesi kedua ini adalah untuk materi Speaking dan Writing. Saya sangat suka kelas ini, khususnya writing karena kami diwajibkan menulis setidaknya dua artikel setiap hari dalam bahasa inggris melalui tugas-tugas. Tentunya yang berhubungan dengan IELTS. Satu hal yang saya pelajari disini, saya yang tadinya tidak dapat membaca grafik dan tabel (IELTS Writing task 1), karena belajar disini saya jadi mampu dan bisa membacanya. Kemudian kelas speaking, saya juga sangat nyaman karena saya sangat enjoy ketika bercerita dan menjawab pertanyaan dalam bahasa inggris. Kelas ini hanya jeda untuk sholat Ashar, selebihnya kami belajar di kelas.

Setelah otak diperas selama seharian, kami bertiga belum dapat beristirahat karena masih ada kelas malam yang dimulai pada pukul 19.00 – 21.00. Terkadang suka molor hingga pukul 10.00 atau tengah malam. Kelas malam ini biasa dikatakan sebagai kelas vitamin. Karena disini kami diwajibkan untuk merangkum video TED yang diperoleh dari youtube. Setelah mendengarkan video yang berdurasi kurang lebih 10 – 20 menit, kami harus menulis dengan minimal 80 hingga 150 kata dalam bahasa inggris dengan grammar yang benar. Setelah itu tulisannya diunggah ke grup facebook English Studio. Selain listening, kami juga harus merangkum satu artikel yang berasal dari tujuh website yang salah satuny adalah national geographic dan history today. Dalam satu artikel itu, kami merangkum dan mengupload ke facebook. Begitulah aktivitas saya selama belajar di English studio.

Belum selesai sampai disini, sepulangnya sampai kamar, saya tidak dapat langsung tidur, karena saya harus menghafalkan 30 kosa kata akademik yang merupakan tiket masuk ke kelas pada hari esoknya. Atau terkadang ada tugas tambahan untuk menulis satu atau dua artikel, sehingga waktu tidur saya benar-benar sangat berkurang. Kalau weekend terkadang saya tidak tidur semalaman karena saya harus translate artikel reading, karena itu adalah skill yang paling membutuhkan peningkatannya.
Ini tempat saya belajar
Karena sibuknya aktifitas di English Studio, sehingga saya benar-benar sangat lupa sama yang lainnya. Tidak ada dalam benak pikiran saya untuk pergi berlibur, padahal teman-teman yang belajar di tempat lain banyak yang mengajak liburan ke Surabaya atau ke Malang yang memiliki spot-spot wisata yang sangat bagus. Pokonya saya harus bertahan hingga saya sukses dapatkan nilai IELTS 6.5. Serta saya menghilang dari peradaban komunikasi teman-teman yang lainnya, itu dikarenakan padatnya aktivitas di English Studio. 
Pada akhirnya, setelah kurang lebih selama delapan bulan aktivitas dan rutinitas sehari-hari, saya baru dapat kembali aktif di social media, dan dapat berkomunikasi dengan yang lainnya. Meskipun saya sibuk dengan aktifitas bahasa, saya berusaha untuk tidak mengeluh dan terus berjuang.

Tutor saya selain membimbing bahasa inggris, dia juga memberikan motivasi untuk terus berjuang. Saya masih ingat betul pernyataan dia bahwa lebih baik kita berjungkir balik di dalam negeri untuk belajar bahasa dibandingkan dengan harus dicaci maki oleh dosen di luar negeri, karena kita benar-benar belum tau seberapa keras kultur akademik di luar negeri. Setidaknya dengan proses pembelajaran yang sangat ketat di pare ini dapat menjadikan bekal kepada kita supaya tidak kaget dengan diharuskannya menulis setiap hari di luar negeri.

Saya sangat bersyukur bisa bertemu kawan-kawan seperjalanan yang dapat meberikan motivasi dan inspirasi saya untuk terus berjuang hingga saya mendapatkan beasiswa LPDP. Pada akhirnya, saya tidak ketakutan lagi untuk membaca artikel bahasa inggris. Dengan vocab yang saya hafalkan sebanyak 30 setiap hari selama tiga bulan, benar benar telah membantu saya dan mempermudah untuk membaca dan berkomunikasi.

Perjalanan saya selama satu tahun di pare benar-benar sangat melelahkan pada waktu itu. Terkadang berlali cepat, terkadang lambat, terkadang berhenti, terkadang sambil ngesot, itu semua tergantung beban yang ditanggung. Namun pada akhirnya saya dapat menyelesaikannya. Seperti kata tutor saya di English Studio yang mengatakan bahwa “segala sesuatu itu harus diselesaikan”. Jadi bagi teman-teman yang sudah memiliki niat untuk lanjut studi ke luar negeri dan mendapatkan beasiswa LPDP, kalau gagal ayo terus dilanjutkan jangan sampai berhenti.

Sebenarnya masih banyak kisah-kisah lain yang ingin saya ceritakan, namun seperti yang saya katakana di awal bahwa tinta lima pensil pun tidak akan cukup untuk menuliskan indahnya kampung inggris. Namun kurang lebih inilah ringkasannya. Kedepan, saya akan menceritakan bagaimana caranya untuk membangkitkan motivasi dan semangat setelah 2 kali gagal test IELTS dan 3 kali gagal test TOEFL ITP.


Terimakasih.

7 komentar:

  1. Great motivation story kang, walaupun cuma sebulan (2 minggu sih karena saya kena cacar, haha) tinggal bersama di Kampung Inggris, tapi jujur saya ngeliat kang asep itu orangnya gigih, belajar malem2 padahal saya udah tidur pulas, dan... semua itu InsyaAllah terbayar sedikit demi sedikit. Jujur, saya minder ngeliat teman2 di kampung Inggris yang seperti kang Asep ini, yang benar2 bekerja keras untuk mengejar cita2, sementara saya males malesan n main game, sukses kang Asep.

    BalasHapus
  2. Wah alhamdulillah. Makasi banyak mas febby sudah mampir ke blog saya ini. Padahal saya mah iseng iseng aja, dan share pengalaman.
    Sebenarnya itu mah dipaksain, aslinya mah males bgt. Heheh
    Makasih banyak ya

    BalasHapus
  3. Incredible, my ex colleague! You nailed it dude. Keep inspiring others... and most importantly never stop learning!!! -to me to-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ton of thanks miss febby,
      I just share my personal experience with regard to the circumstance when i was pursuing IELTS. This short story perhaps can help people to obtain their goal in IELTS,
      hehehe

      Hapus
  4. So inspiring Mr. Asep. Goodluck for next step pursuing your dreams.

    BalasHapus
  5. Now, i just says. This is the good stories. Much appreciate!

    BalasHapus
  6. Assalaamu 'alaykum Mas Asep, kalau boleh tahu dulu di English Studionya ambil nama program apa dengan waktu berapa bulan ya? Saya ada rencana ke sana hehehe Terima kasih wassalaam

    BalasHapus